Gilig Guru

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 5.003 pelanggan lain

10 Strategi Meningkatkan Omset di Era AI

  1. Program Diskon dan Promo: Diskon memang selalu digemari, selama dalam takaran yang pas. Tidak terlalu sering, atau sekalian memiliki pola khusus yang mudah dikenali. Diskon musiman ini dipakai marketplace seperti Shopi setiap tanggal dan bulan yang angkanya kembar, seperti 1 Januari, 2 Februari, 3 Maret dst. Program diskon acak seperti milik Indomar dan Alfamar juga memberi kesan kejutan bagi pengunjung yang sering berbelanja di sana.
  2. Loyalty Program: Buat program loyalitas yang memberikan reward kepada pelanggan setia. Ini dapat berupa diskon khusus, poin yang dapat ditukar, atau hadiah lainnya. Biasanya dalam bentuk kartu pelanggan, karena selain elegan, kartu ini berfungsi untuk mengingatkan pelanggan setiap membuka dompetnya. Tapi perlu digencarkan dengan keaktifan kasir untuk menanyakan kartu pelanggan, disamping juga membantu “menguangkan” poin bila mendekati masa berakhirnya agar pelanggan benar-benar merasakan manfaat loyalitasnya.
  3. Bundling Produk: Gabungkan beberapa produk atau layanan dalam paket dengan harga yang lebih murah. Ini dapat mendorong pelanggan untuk membeli lebih banyak item sekaligus. Contohnya adalah penjualan satu set cangkir isi 6 seharga Rp 60.000,-, dijual satu set isi 4 dengan harga Rp 40.000,- akan terlihat lebih murah padahal per biji sama-sama Rp 10.000,-
  4. Kampanye Media Sosial: Gunakan media sosial untuk mempromosikan produk atau layanan Anda. Postingnya perlu teratur, mengikuti jadwal pelanggan mengakses sosmed, konten menarik sesuai dengan pangsa pasar akan memancing keterlibatan dengan pelanggan sehingga meningkatkan awareness dan penjualan. Contohnya bila produk yang dijual adalah peralatan tukang, maka perdalam topik yang disukai bapak-bapak supaya viewer merasa “ini adalah info bermanfaat untuk saya”.
  5. Email Marketing: Di Indonesia rasa-rasanya newsletter atau email berisi informasi tentang penawaran terbaru, diskon, atau acara khusus kurang begitu diminati. Tapi boleh jadi cara ini adalah alternatif yang cocok di komunitas digital.
  6. Event Promosi: Selenggarakan event promosi yang tujuannya mengenalkan produk atau bisnis Anda. Bisa berupa diskon khusus, demonstrasi produk, atau acara spesial. Ini dapat menciptakan buzz dan menarik perhatian pelanggan.
  7. Kolaborasi dengan Influencer: Jika memungkinkan, kolaborasi dengan influencer yang relevan dalam industri Anda untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan.
  8. Pemasaran Kemitraan: Buka peluang pihak lain untuk ikut memasarkan produk Anda. Misalnya menjual roti dibundling dengan minuman. Orang yang sedang dalam perjalanan tentu akan lebih menyukainya. Pihak penjual roti akan ikut mempromosikan minuman dan begitu juga sebaliknya..
  9. Pelayanan Pelanggan yang Unggul: Pastikan layanan pelanggan Anda luar biasa. Pelanggan yang puas cenderung merekomendasikan bisnis Anda kepada orang lain.
  10. Ulasan dan Testimoni: Mintalah pelanggan untuk memberikan ulasan positif dan testimoni. Testimoni yang baik dapat meningkatkan kepercayaan calon pelanggan. Contohnya undang pelanggan mengisi Gogl Review, setelah itu ekspos penilaiannya secara massal.

Ingatlah untuk selalu memahami target pasar Anda dan menyesuaikan strategi promosi Anda dengan kebutuhan mereka. Evaluasi secara berkala dan sesuaikan strategi jika diperlukan.

Apa saja isi “Laporan Bagian/Divisi”

Panduan manajemen perusahaan

  1. Laporan adalah kebutuhan semua organisasi atau perusahaan. Karena setiap yang bergerak dengan melibatkan lebih dari satu orang membutuhkan pengertian satu sama lain. Contoh dalam keseharian adalah google maps. Lokasi yang tertera adalah laporan kepada pengendara, bahwa saat ini sedang berada di tempat tertentu.
  2. Laporan meliputi:
    • Rangkuman (biasanya bukan detail) mengenai kegiatan atau barang. Bentuknya bisa berupa tabel atau grafik.
    • Rangkuman tersebut meliputi periode saat ini (yang sedang berlangsung), dengan beberapa periode sebelumnya. Dengan demikian akan bisa dilihat apakah berkembang ataukah menyusut, maju atau mundur, arahnya benar ataukah salah.
    • Terdapat evaluasi, yang kemudian dilanjutkan dengan rencana ke depan.

Masyitoh Si Tukang Sisir Penuh Hikmah

Nabi Muhammad sedang isro’ mi’roj, menanyakan bau yang harum. Ternyata adalah harum Masyitoh dan anak-anaknya

  1. Sejarah itu penting, bahkan Al-Qur’an berisi 1/3 nya adalah sejarah. Kalau ada kurikulum yang sebegitu banyaknya porsi materinya, pasti sudah akan di-UN-kan.
  2. Porsi ini penting untuk dipenuhi dengan menjadwalkan bercerita di rumah, bersama anak-anak. Terutama ayah, agar ada waktu bagi ayah berbicara dan memberikan nasihat. Kalau ayah saja bisa punya kesempatan bercerita, tentunya porsi ibu harus lebih besar. Jangan sampai ibu bangga bahwa anaknya “sudah bisa sendiri tanpa harus dibimbing orang tua.” Kalau memang demikian, apakah bagian pahala orang tua?
  3. Nabi bertanya ke Jibril. Anak bertanya ke orang tua. Ini adalah tanda kedekatan. Kalau murid sudah tidak lagi mau bertanya, anak diam saja, bukan tanda rajin dan pandai. Tapi takutlah itu merupakan buah kekakuan kita.

Masyitoh menjatuhkan sisir, lalu saat memungutnya mengucap “bismillah”

  1. Kekuatan iman dibentuk dengan hubungan dengan Allah bahkan sampai urusan yang kita anggap kecil. Saat kita kaget, saat terpeleset, terlupa, terantuk, dan sebagainya.
  2. Para ayah dan ibu disini kalau masuk rumah, apakah berdoa “bismillah”? padahal doa itu menghalangi setan untuk ikut menyelinap ke dalam rumah. Ingat, rumah adalah tempat tinggal anak dan istri. Kalau kita pulang membawa masuk setan, maka kira-kira apa yang akan diperbuatnya di rumah kita?
  3. Ingat kisah seorang pembuat roti yang di setiap aktivitasnya dia berdzikir “astaghfirullah”, Allah memuliakannya dengan cara mengabulkan semua hajatnya bahkan sampai dihadirkan di rumahnya tamu yang alim dan soleh. Bapak dan ibu tentu bisa memilih dengan dzikir yang paling disukai.

Putri Firaun memergoki dan mengancam melaporkan kepada Ayahnya. Masyitoh bergeming.

  1. Ketika prinsip kita dihadapkan pada tekanan keamanan, Masyitoh mencontohkan untuk menghadapinya.
  2. Akan datang suatu masa, dimana perbuatan sunnah yang ringan sekalipun akan dianggap ancaman besar bagi orang-orang kafir. Berjenggot, berjilbab, mengaji, dan berdakwah bisa dipandang berbahaya dan menjadi sasaran tekanan penguasa kafir.

Firaun menangkap Masyitoh sekeluarga, mengancam akan memasukkannya ke dalam kuali yang dibakar apabila tidak kembali ke agama nenek moyang.

  1. Pola doktrinasi akan selalu berulang. Penguasa yang takut kehilangan pengikut atau pengaruh akan mencegah “kesetiaan” rakyatnya berkurang atau berpindah. Mereka akan menggunakan kekuasaannya untuk memaksa.
  2. Tidak hanya terjadi pada penguasa, namun bisa juga pada jamaah, persahabatan, dan keluarga. Mengeluarkan ancaman namun pada sesuatu untuk menguatkan hawa nafsu. Misalnya melabeli bid’ah, khowarij, wahabi, dsb. Terhadap teman pun ancamannya ada, semisal dijauhi tidak ditemani lagi. Ini ancaman yang bisa-bisa cukup besar pengaruhnya bagi anak kita. Bisa juga orang tua yang salah meletakkan ancaman, bila anak tidak nurut akan tidak diberi kue atau tidak diajak. Padahal itu ranah musyawarah, dimana anak boleh berbeda dari orang tua.

Satu per satu dari ke-4 anak dilemparkan hingga tinggal bayi yang disusuinya. Masyitoh sempat terbersit keraguan. Hingga Allah menguatkannya dengan memperkenankan si bayi untuk berbicara.

  1. Setiap orang yang beriman akan diuji, dengan ujian yang bertingkat-tingkat sesuai kadar keimanannya. Dan setiap orang memiliki “kelemahan” masing-masing. Ada yang kuat diuji dengan harta, tapi lemah diuji dengan wanita. Ada yang tahan hidup miskin, tapi justru lupa saat kaya. Ada yang gemar beribadah, tapi gila populeritas.  Tidak bisa kita melihat ibadahnya orang lain lalu mencibir, “begitu saja kok sudah keok.” Atau melihat rumah tangga yang rapuh lalu bergaya sok ulama, “berarti dia belum selesai dengan urusan rumah tangganya.” Seperti kisahnya ayah dan anak yang sholat tahajud.
  2. Di saat iman kita di ujung tanduk, percayalah bahwa semakin besar ujian semakin besar maunah (pertolongan) yang Allah turunkan untuk menguatkan iman, sebagaimana si bayi yang bisa berbicara. Mungkin dalam kasus kita, Allah kirimkan suami untuk menemani, teman yang menguatkan, jadi yang menguatkan bukan cuma gajian di akhir bulan.

Wallahu a’lam bis showab

Kartun belum tentu berarti baik untuk anak.

Bacaan sama halnya dengan makanan, bakalan masuk dalam diri kita kemudian menjadi energi bagi kita. Makanan sampah, justru akan membuat badan mudah payah.

Anak butuh bacaan yang bergizi, bukan junk book meski dikemas kartun yang menarik

Sebaiknya anak diarahkan untuk tidak menggemari membaca bacaan yang tidak penting alias trivia, seperti infotainment soal artis, kartun spongebob, tips video game, dan semacamnya… Apalagi kalau malah ada pemasyarakatan dukun Ponari dan pengagungan budaya syirik yang sudah tergolong bacaan yang rawan.

Teladankan anak membaca buku yang bermanfaat dengan kadar kompleksitas yang sesuai usianya agar mereka memiliki daya tahan membaca dan kemampuannya menyimak apa yang dia baca yang lebih panjang.

Komik bagi saya bukan termasuk buku bacaan, melainkan hiburan. Kuat membaca komik sulit dianggap sebagai kegemaran membaca yang positif.

5 Perbedaan Menuntut Ilmu Antara Sekolah Islam dengan Umum

Sama-sama belajar, namun kalau berbeda ruhnya, berbeda tujuannya. Berikut ini adalah lima perbedaan antara ruh menuntut ilmu di sekolah agama:

1. Menekankan niat ikhlas dalam menuntut ilmu.

Seorang hukama berkata berkata: “Dulu kami menuntut ilmu di masjid-masjid, lalu sekolah-sekolah pun dibuka, maka hilanglah barakah, lalu dibuatlah kursi-kursi untuk murid, maka hilanglah tawaduk dan kemudian diadakanlah ijazah, maka hilanglah keikhlasan!”

Maksudnya, dahulu muslim itu belajar di masjid. Maka sekedar berjalan menuju ke tempat belajar pun mendapatkan pahala dan dinaikkan derajat, saat memasukinya didoakan para malaikat, berdiam di dalamnya dinilai itikaf. Maka ketika dipindahkan ke bangunan terpisah, disebutlah madrasah atau sekolah, sebuah tempat yang digunakan khusus untuk belajar, bukan untuk sholat, maka semua keberkahan masjid pun tidak diraih.

Sedangkan maksudnya kursi adalah, dulu murid belajar duduk di lantai, sedangkan guru duduk di tempat yang lebih tinggi. Sebagai sebuah pendidikan untuk memuliakan orang yang berilmu (ahli ilmu), sambil menanamkan kerendahan hati. Kemudian dibuatkan kursi untuk murid, sehingga murid sama tinggi dengan guru. Kini murid merasa gurulah yang melayaninya, karena diri merasa sudah membayar upah guru.

Dulu guru yang menentukan apakah ilmu yang diajarkannya boleh diajarkan kembali oleh muridnya kepada orang lain, guru yang melepas apakah muridnya sudah layak atau menahannya karena belum tuntas. Ketundukan murid adalah kepada guru. Masyarakat akan mengenal kualitas murid dengan melihat kepada gurunya. Kemudian karena banyaknya, dibuatkanlah ijazah, yakni lembar pengakuan bahwa sang murid telah diuji dan layak untuk mengajarkan ilmu. Kini kita merasa hal itu aneh, karena ijazah bukan berarti untuk mengajar, melainkan untuk gengsi. Kamu lulus darimana, nilainya berapa. Selain itu juga untuk bekerja, karena niat kita menuntut ilmu sejak semula bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, melainkan karena takut keesokan hari perut lapar tidak punya uang karena tidak bekerja.

2. Jangankan untuk tujuan bermaksiat, untuk berdebat pun tidak boleh.

Hadits Anas secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

من تعلم العلم ليباهي به العلماء، أو ليجاري به السفهاء، أو ليصرف به وجوه الناس إليه، فهو في النار

‘Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk membanggakan diri di hadapan ulama atau untuk mendebat orang-orang  bodoh, atau agar dengan ilmunya tersebut semua manusia memberikan perhatian kepadanya, maka dia di neraka.’ [HR. Ibnu Majah dalam Al Muqoddimah (253)]

Maka sekolah agama (seharusnya) tidak mendorong muridnya untuk lekas viral, tidak mengejar-ngejar prestasi, menyibukkan diri dengan perlombaan, yang tujuan semua itu agar sekolahnya terkenal. Seringkali penuntut ilmu mengajarkan, menulis, atau menyebarkan tulisan namun dengan niat agar dirinya mendapat banyak likes dan followers. Ini niat yang keliru dan diancam. Niat keliru walaupun menumpang ke atas amal sholeh, justru akan merusaknya.

(Belum tuntas… semoga bisa dilanjutkan besok)

3. Melahirkan rasa takut.

“Hanya ulamalah yang takut kepada Allah swt,” (QS Fathir, ayat 28).

Takut tidak menjalankan perintah Allah dan takut melanggar larangan Allah.

4. Sudahkah kita amalkan?

dalam sebuah atsar,

من عمل بما علم أورثه الله علم ما لم يعلم

“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah ia ketahui maka Allah akan mewariskan (mengajarkan) kepadanya ilmu yang belum ia ketahui”

5. Menyampaikan ilmu, bukan untuk banyak-banyakan pengikut.

Dan (ingatlah), ketika Allâh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya!” [Ali-‘Imrân/3:187]

Merdekanya Orang Baik dan Merdekanya Orang Buruk

Merdeka adalah anugerah Tuhan. Diberikan kepada siapa saja yang pantas. Namun makna kemerdekaan bisa menjadi negatif apabila dimanfaatkan oleh orang yang buruk. Jadi ada dua jenis kemerdekaan, kemerdekaan yang dimanfaatkan orang baik dan kemerdekaan yang dianggap orang buruk.

Apa contohnya?

Yang ringan-ringan adalah merdekanya pelajar SMA setelah lulus ujian, mereka merayakan dengan corat-coret baju dan konvoi sepeda motor. Merdekanya anak malas, yang ketika ditinggal orang tuanya keluar rumah, dia bergembira karena… “Hore, aku bisa main game sepuasnya!”

Merdekanya anak kos, yang tinggal jauh dari orang tua, hidup tanpa pengawasan, dan masih dikirimi uang bulanan. Kemerdekaan seorang anak yang melanjutkan ke jenjang pernikahan, ia bebas menentukan rumahnya sendiri dan mengatur hidupnya. Keduanya adalah kemerdekaan yang seiring dengan kemandirian. Semakin mandiri semakin merdeka.

Orang yang menjalani hukuman penjara, kemudian selesai, dan dia pun keluar darinya maka ia kini merdeka. Namun pilihannya tetap ada, apakah menjadi orang baik atau residivis.

Contoh yang berat adalah dari Spanyol dan Portugis, setelah Ratu Isabella I dari Spanyol menikah dengan Raja Ferdinand II dari Portugis, mereka mendirikan lembaga peradilan Inkuisisi sebagai alat untuk memaksa masyarakat masuk ke agama Kristen. Dari situ diusunglah konsep 3G  (Gold Gospel Glory) yang dicetuskan Paus Alexander VI untuk menjajah bangsa lain dan memurtadkan penduduknya. Kemerdekaan yang membawa penjajahan.

Maka saat ini kita mengisi kemerdekaan, marilah kita simak sejarah kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia dari penjajahan. Jangan sampai diisi dengan orang-orang buruk, karena mereka akan mengantarkan kepada pemanfaatan yang buruk pula.

Bangsa Penjajahan dan Bangsa Memerdekakan

Pekik merdeka membahana di nusantara. Sebuah ungkapan kesyukuran bahwa Kita telah lepas dari penjajahan kaum kafir, mulai dari bangsa Portugis dan Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang. Sejarah panjang bangsa ini dihiasi dengan emas perjuangan, mulai dari Sultan Baabullah, Sultan Hasanuddin, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, hingga Haji Agus Salim, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Kartini, dan Soekarno. Bisa dikatakan semua inisasi perlawanan berasal dari kaum Muslim, yang notabene merupakan penduduk asli Indonesia. Meskipun ada beberapa yang bergelar pahlawan Indonesia yang beragama non-Islam, namun kebanyakan hidup di era pra kemerdekaan. Satu nama yang masih diperdebatkan adalah Pattimura, yang sebagian menganggap namanya adalah Thomas Matulesy, dan yang lain menganggap namanya Ahmad Lussy.

Saat menjajah Indonesia, bangsa Barat membawa misi 3G (Gold, Gospel, dan Glory). Gold artinya mengeruk kekayaan, Glory artinya memperluas wilayah jajahan, sedangkan Gospel alias pemurtadan. Ini merupakan warisan yang dibawa oleh Ferdinand II (Spanyol) dan Ratu Isabella (Portugis) setelah keduanya menikah lalu mendirikan Inkuisisi, sebuah lembaga peradilan agama yang memaksa rakyat untuk pindah ke agama Katolik. Semboyan 3G pertama kali dicetuskan oleh Paus Alexander VI dari Vatikan setelah menyelesaikan perselisihan antara Portugis dan Spanyol dengan Perjanjian Tordesilas pada 1494.

Begitulah ciri khas bangsa yang dibimbing oleh agama Islam dengan bangsa yang tidak dibimbing Islam. Berbagai kerajaan di Nusantara tadinya hidup damai dan sangat ramah menerima kehadiran bangsa asing, justru dilukai dengan sikap semena-mena dan monopoli lalu akhirnya berujung kepada penjajahan. Lalu para ulamanya bangkit menggerakkan perlawanan dan hadirlah kemerdekaan.

Sedangkan bangsa Kafir hampir tidak pernah dalam sejarahnya luput dari nafsu menguasai dari segala aspek, politiknya, ekonominya, bahkan agamanya. Dan sejarah pasti berulang.

Bagaimana Contoh Meraih Ridho Pasangan Suami Istri?

Bapak-bapak, sukakah Anda kalau bawa oleh-oleh ke rumah lalu ditanya istri, “harganya berapa?”

jawaban apapun sama saja

“wah, kok mahal sekali?”
Menyesal dah…
“Di sini malah lebih murah.”
Tambah menyesal…
“Lagipula aku kan sudah beli.”
Aaarrgh…! Ngapain aku bawain oleh-oleh tadi!

Atau sebaliknya?

“lho… murah sekali.”
Senengnya…
“kok nggak beli tiga, kan bisa buat disimpan, atau dikasihkan teman.”
Jeglek.
“Sayang, coba beli banyak sekalian. Daripada bolak-balik kesana mahal di transport.”
Lemes…

Sama halnya, ketika Istri sedang cerewet udah diterima saja. Jangan dibalas.

Sama halnya, ketika Istri sedang cerewet udah diterima saja. Jangan dibalas.

Hubungan Fitur LIKE dan REELS di Medsos dengan Quran

Dari dulu yang ingin saya lakukan adalah mematikan fitur LIKE medsos. Sekarang malah ketambahan REELS. Semakin menambah distraksi (pengalih perhatian)

Jadi teringat materi tentang “Wa dallahuma bi ghurur” artinya “maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya.” Ustadz Nouman Ali Khan mengaitkannya dengan ayat 19 surat Yusuf “fa adla dalwah” kisah musafir yang menimba air lalu menemukan si kecil Yusuf a.s.

Dalla adalah kegiatan menarik sesuatu perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, hingga sampai di tangan. Demikian cara kerja setan menyesatkan kita, dipalingkan dari satu ke yang lebih rendah, hingga kita tidak melakukan amal sholih, dan jatuh pada perbuatan sia-sia.

Misalnya ketika browsing mencari materi di internet, lalu muncul iklan, atau terlihat satu judul berita, atau centang notifikasi pesan dari teman, lalu kita baca… kemudian kita LIKE. Biasanya akan memunculkan algoritma untuk memunculkan berita serupa, supaya perhatian kita terus terserap kepada platform medsos tersebut. Dari situ kita berpindah dari mencari materi ke membaca materi lain, lalu berpindah lagi, sampai waktu habis ternyata kita belum menyelesaikan tugas di awal tadi. Bahayanya adalah, ketika kita tidak tuntas dalam mengerjakan amalan, akhirnya setan membisikkan rasa putus asa, “Ah, sudahlah, mungkin memang aku tidak bisa menyelesaikan pekerjaan ini.” Akhirnya gagal lah kita beramal shollih.

Semoga Allah menjauhkan kita dari gangguan setan.

Disclaimer, ini bukan berarti menyamakan medsos dengan setan ya… walaupun “yuwaswisu fii suduurin naas, minal jinnati wan naas.”

3 prinsip sederhana mendidik anak: Tahu waktu, tahu tempat, tahu cara.

Kesederhanaan itu menunjukkan kedalaman berpikir. Karena sederhana merangkum apa yang penting dan meninggalkan apa yang kurang bermanfaat. Contohnya dalam “hidup sederhana” artinya seseorang belanja yang menjadi keperluan rumah tangga, namun dengan tidak meninggalkan kebahagiaan di dalamnya. Biasanya sederhana berlawanan dengan kata boros, yang artinya membelanjakan apa yang melebihi keperluan. Yang tanpa itu pun tetap bisa berjalan dengan baik. Yang dengan membeli itu tidak menambah kemanfaatan kecuali hanya kemewahan saja.

Kesederhanaan bila dikaitkan dengan pendidikan, maka terbersit ada pendidikan yang mewah, mubadzir atau boros. Mungkin yang terbayang bagi Anda sebuah kelas yang dilengkapi AC, atau sekolah yang SPP nya jutaan rupiah, tapi yang dimaksud disini bukan itu.

Sederhana yang dimaksud adalah memberikan prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam semua pengalaman hidup, sebanyak-banyaknya!

Contohnya begini, seorang ibu melepas anaknya ke sekolah, kemudian berpesan agar anaknya serius belajar, jangan banyak bercanda, tapi waktu istirahat bergaullah dengan teman-temannya, jangan hanya diam di dalam kelas, tapi bermainnya yang berhati-hati, jangan keterlaluan, tapi juga jangan pasif… banyak sekali pesannya. Kira-kira apakah akan diingat oleh anak?

Ini sebenarnya lebih ditekankan kepada setiap ibu, yang pada saat menasihati anak-anaknya terdengar seperti mengomel dengan kalimat yang tidak ada harapan untuk berhenti. Meskipun juga penting untuk diperhatikan oleh setiap ayah, agar tidak diam saja saat dibutuhkan perannya untuk mendidik anak.

Maka dicarikanlah prinsip-prinsip itu, yang kemudian oleh Drs. Miftahul Jinan, M.Pd.I sampai kepada kami berupa “3 tahu” (ini kami beri label sendiri). Yakni

  • Tahu waktu

Anak dikenalkan dengan waktu apa seharusnya berbuat apa. Misalnya waktu adzan maka seharusnya bersiap untuk sholat (maka berhentilah bekerja, belajar, bermain, atau aktivitas apapun lainnya), waktu malam seharusnya bersiap untuk tidur (letakkan bukunya, rapikan mainannya, siapkan kasurnya), waktu pagi seharusnya bersiap berangkat sekolah (jangan bermalas-malasan, ayo segera mandi, sudah disiapkan tas dan bukunya atau belum), dan seterusnya.

  • Tahu tempat

Anak diajak mengenal berbagai aktivitas untuk kegiatan yang sesuai. Masjid adalah tempat untuk beribadah atau belajar (anak dilatih kepekaannya untuk tidak berbuat gaduh di rumah ibadah), jalan adalah tempat orang lewat (jadi jangan duduk-duduk melintang jalan), luar rumah adalah tempat umum (pakailah pakaian menutup aurot)

  • Tahu cara

Ayah mengenalkan alat atau cara mengerjakan sesuatu. Misalnya, hape adalah alat kerja, sedangkan alat bermain contohnya bola. Jadi kalau mau bermain, gunakanlah bola, jangan menginstal game di hape. Tentu ini bagi yang sependapat dengan penulis bahwa permainan di hape membawa kerugian besar, kendatipun yang bermain adalah orang dewasa. Sedangkan permainan fisik justru banyak manfaatnya. Meskipun judulnya sama-sama sepak bola.

Contoh lainnya adalah, namanya bercanda, itu caranya harus membuat sama-sama gembira, bukan satu gembira atas kesedihan orang lain, itu membully namanya, bukan bercanda. Bukankah banyak yang bilang, “ah, saya kan cuma bercanda…” tapi caranya bercanda keliru. Demikian juga, tidak disebut bercanda kalau menggunakan senjata tajam diacungkan kepada temannya. Sebagaimana tidak boleh suami bercanda dengan pura-pura mencerai istri.

Nah, semua prinsip di atas sesungguhnya adalah pengejawantahan konsep “adab” yang disarikan dari agama Islam. Anak ataupun murid tidak dididik dengan menghafal aturan-aturan, tidak secara langsung diperintah atau dilarang, melainkan diajak untuk berpikir dan mengembangkan kepekaan perasaan. Karena yang demikian itu membuat jiwa lebih hidup, lebih menyentuh hati, dan mendorong ketulusan dalam melaksanakan.

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat. Bila ada masukan, dengan senang hati mohon dilayangkan melalui email: giligpradhana@gmail.com.